Silahkan Isi Buku Tamunya Ya!
Senin, 31 Desember 2007
Hari Terakhir Masih Banyak PR
uugghh.. ini hari terakhir di 2007 masih banyak PR yang menumpuk tuk diselesaikan. target 2007 tuk selesaikan buku lagi belum tercapai, masih banyak yang perlu di hunting, data-data belum lengkap semua. padahal kemaren targetnya sebelum hari pertama 2008 buku yang sudah digarap ini hari harus nampak wujudnya. tapi karna kebanyakan kerjaan (apologi), buku itu kini hanya tinggal mengumpati nasibnya. namun satu yang pasti harus disyukuri, "atas nama rakyat" tetap bisa jadi saksi perjalanan waktu 2007.
Minggu, 30 Desember 2007
Tahun Baru
sebentar lagi tahun baru berarti hampir 365 hari sudah dilalui di tahun 2007. bertambah lagi tahun yang dilewati, berarti bertambah juga pengalaman yang didapat, bertambah lagi goresan-goresan yang akan menjadi saksi sejarah perjalan waktu bahwa 2007 pernah ada.
banyak peristiwa yang terjadi, tapi tak mungkin untuk direview satu persatu. kata orang hal-hal yang "ter" yang akan selalu diingat, terbaik, terburuk, tercantik, terjelek dsb. biarlah semua orang punya catatan tersendiri dengan tahun 2007nya, sedangkan waktu akan tetap berjalan. biarkan semua yang terjadi menjadi saksi sejarah bahwa hidup harus terus berlanjut.
2008 pasti punya cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa dia pernah ada dalam lintasan waktu. kita hanya perlu berapa banyak lagi yang akan kita ukir agar menjadi pajangan indah, berapa banyak nada kita rangkai agar menjadi harmonisasi yang enak didengar ditahun 2008, itu yang paling penting.
disana-sini mulai bergema, resolusi. itu tak penting! yang penting sejauhmana kita komitmen terhadap apa yang akan kita lakukan. harapan tanpa tindakan sama saja NOL BESAR, sama saja dengan meniup angin. saatnya tak banyak lagi retorika, apologi hanya untuk menutupi kekurangan. kini lakukan sebisa mungkin, kata AA gym dari hal kecil, dari kita sendiri, dari sekarang!
selamat datang 2008 tahun yang harus lebih menantang dari tahun-tahun sebelumnya..
Jumat, 28 Desember 2007
Saatnya Turut Andil
berita bencana dimana-mana, banjir, tanah longsong, angin puting beliung dsb. ribuan manusia harus kehilangan rumah, mata pencaharian, harta benda bahkan nyawa.
apa yang telah terjadi di dunia ini?? dunia sudah tua, kata orang tuaku... mungkin.. tapi yang pasti semua yang terjadi tak terlepas dari ulah manusia sendiri. pembakaran hutan, pembalakan liar, polusi, penggunaan gas-gas efek rumah kaca dsb.
langkah kongkrit harus segera kita ambil, jangan lagi mencoba untuk mencari dalil.. saatnya kita turut andil..
Rabu, 26 Desember 2007
Hanya Sebuah Renungan
tapi kenapa masuk waktu sholat kita tak cepat-cepat mendirikannya??
isi ulang pulsa hanphone 50 ribu kita sanggup,
tapi kenapa sedekah 5 ribu terasa berat??
waktu mandi macam-macam lagu dinyanyikan,
tapi kenapa waktu makan baca bismillah pun kita lupa??
(dari seorang sahabat di Tual... yang mengajak kita untuk sama-sama merenung, agar kelak tidak menjadi orang yang merugi)
Save Our Earth
ketika manusia menjadi serakah , maka jangan salahkan alam yang murka.
topan, badai melanda..
banjir, longsor dimana-mana..
tidakkah kita sadar dan mulai berbenah??
mari selamatkan dunia kita sekarang...
Senin, 24 Desember 2007
Sabtu, 22 Desember 2007
Hari Ibu, Saatnya Perempuan Berjuang
setiap tanggal 22 Desember bangsa Indonesia merayakan perayaan nasional yang disebut dengan hari ibu. perayaan yang sama juga dilakukan di di Amerika, dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong yang mereka sebut Mother’s Day, dirayakan pada hari Minggu pekan kedua bulan Mei. Di Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mother’s Day diperingati setiap bulan Maret. walau sepintas terutama dalam sebutannya hari ibu atau mother's day sama, namun secara makna perayaan keduanya berbeda.
mother's day
wikipedia.org menyebutkan peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, berasal dari pengaruh / kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.
Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, memperingati Mother’s Day pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.
tradisi Mother’s Day ala Amerika Serikat atau Eropa mendedikasikan hari itu sebagai penghormatan terhadap jasa para ibu dalam merawat anak-anak dan suami serta mengurus rumah tangga. dibebaskan dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Manifestasi Mother’s Day dinegara-negara tersebut kerap dinyatakan dengan mengirim kartu, memberikan bunga, menggantikan peran ibu di dapur, dan membelikan hadiah. Biasanya hadiah yang dipilih pun adalah benda yang mencerminkan “sifat keibuan”, seperti perlengkapan dapur yang cantik. Inti pemaknaan Mother’s Day macam ini adalah perayaan peran domestik perempuan sekaligus peneguhan posisi perempuan sebagai makhluk domestik. Domestifikasi perempuan yang mengawetkan bilik dapur, sumur, dan kasur sebagai domain kaum perempuan.(Yeni Rosa Damayanti dan Hary Prabowo: 2005)
di indonesia perayaan hari ibu juga banyak disalah artikan bahkan disama artikan dengan perayaan mother's day di negara lain. dimanifestasikan melalui pembebas tugasan ibu-ibu rumah tangga dari tugas domestik mereka sehari-hari seperti memasak, mencuci atau pekerjaan rumah tangga, makan-makan atau pemberian kado bagi para ibu yang dilakukan oleh suami dan anak-anak mereka. setiap hari itu semua ibu-ibu indonesia mendapatkan perlakuan istimewa, anak dan suamipun larut dalam euforia itu.
hal tersebut terjadi akibat kurang mengertinya akan makna dari peringatan hari ibu itu bahkan sengaja dilakukan oleh pihak tertentu untuk kepentingan komersialisasi dan industrilialisasi. perayaan hari ibu dijadikan moment memanjakan ibu-ibu, suami memeberikan apa saja keinginan sang istri, anak-anak sibuk memeberikan perhatian melalui kado-kadodan barang-barang berharga lainnya.
padahal jika diitlik kebelakang berdasarkan sejarah penetapan tanggal 22 desember sebagai hari ibu di Indonesia mengandung makna perjuangan upaya perbaikan kualitas bangsa, bukan pembebas tugasan atau saatnya bersantai bagi perempuan indonesia. 22 desember menandai turut andilnya perempuan indonesia dalam memperjuangkan perbaikan nasib dan derajatnya.
sejarah hari ibu Indonesia
Hari Ibu tanggal 22 desember dirayakan secara nasional hingga kini secara resmi ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung pada tahun 1938. namun jauh sebelumnya telah banyak rintisan yang dilakukan oleh kaum perempuan indonesia dengan mengorganisir diri melalui organisasi-oraganisai kewanitaan dan melakukan Kongres Perempuan I dan II.
sejak 1912 tercatat sudah ada Organisasi perempuan yang berdiri, Poetri Mardika (1912), salah satu organisasi perempuan yang kelahirannya mendapat dukungan dari Boedi Oetomo. ada juga yang lainnya yaitu Pawiyatan Wanito (Magelang, 1915), Percintaan Ibu Kepada Anak Temurun—PIKAT (Manado, 1917), Purborini (Tegal, 1917), Aisyiyah atas bantuan Muhammadiyah (Yogyakarta, 1917), Wanito Soesilo (Pemalang, 1918), Wanito Hadi (Jepara, 1919), Poteri Boedi Sedjati (Surabaya, 1919), Wanito Oetomo dan Wanito Moeljo (Yogyakarta, 1920), Serikat Kaoem Iboe Soematra (Bukit Tinggi, 1920), Wanito Katolik (Yogyakarta, 1924). (Sukanti Suryochondro: 1995). pendirian organisasi tersebut sedikitnya diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
untuk mempersatukan cita-cita, berusaha memajukan perempuan Indonesia dan menggabungkan organisasi-organisasi perempuan yang ada di Indonesia tersebut dalam suatu badan federasi yang demokratis dan pluralis, maka pada 22-25 Desember 1928 (dua bulan setelah Sumpah Pemuda)organisasi perempuan yang ada diseluruh nusantara berkumpul melaksanakan Kongres Perempuan Indonesia I kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di Yogyakarta dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera antara lain adalah organisasi Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java bagian Perempuan.
hasil keputusan kongres pertama yaitu mendirikan badan permufakatan bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang bertujuan menjadi pertalian segala perhimpunan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia. dalam dalam buku 'Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia 1928-1958' salah satu kongresnya PPPI merekomendasikan berbagai kerja konkret yang lebih maju bagi pergerakan perempuan indonesia, seperti menguatkan Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak (P4A), menyelidiki kondisi kesehatan perempuan dan kematian bayi di pedesaan, membuat propaganda tentang dampak buruk perkawinan dini bagi perempuan, mendirikan kantor penyuluh perburuhan, hak-hak perempuan dalam perkawinan, mempelajari hak pilih bagi kaum perempuan.
79 tahun berlalu dari pertama kali semangat kaum perempuan indonesia bersatu untuk memeperjuangkan nasibnya dan bangsanya. kini semangat itu menjadi semakin pudar karena perayaan hari ibu atau hari perjuangan kaum perempuan kini dimaknai tidak lebih sebagai rutinitas belaka yang lebih dikedepankan adalah sekedar ceremonial konsumerisme, pemberian kado, pembebas tugasan ibu-ibu dari beban domestiknya atau bahkan ajang pamer kepedulian terhadap kaum ibu.
menurut Widyastuti Purbani: 2006, yang merancukan pemaknaan Hari Ibu adalah digunakannya kata "ibu", dan bukan "perempuan". Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu. Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukan the state of being mother-nya yang diapresiasi, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat.
Penggunaan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat pemaknaan Hari Ibu terseret ke arah pemaknaan Mother’s Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (motherhood) dan perannya sebagai "yang telah melahirkan dan menyusui", sebagai pengasuh anak, sumber kasih sayang, pemandu urusan domestik, dan pendamping suami.
padahal makna lebih jauh yang dapat di ambil dari perjuangan tahun 1928 itu dimana perempuan Indonesia pertama kali tampil ke publik, berkongres menghimpun kekuatan bersama untuk pembebasan nasib kaum perempuan dari ketertinggalan dan ketertindasan. bagaimana kaum perempuan indonesia harus berperan untuk bangkit mengejar ketertinggalan, keterpurukan, menyuarakan kepentingan dan hak-hak kaumnya.
kini apapunlah nama dari peringatan 22 desember ini, yang terpenting bagaimana kita memaknainya. maraknya perdagangan anak dan perempuan, tingginya angka kematian ibu melahirkan, kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagian kecil dari sekian banyak masalah yang harus dijadikan agenda utama perjuangan kaum perempuan Indonesia saat ini. maka dari itu moment hari ibu ini harus kita kembalikan pada semangat awal yaitu saatnya perempuan berjuang.
Jumat, 21 Desember 2007
Pengantin Bugis
nah ini contoh baju pengantin orang bugis (masing banyak lagi disini)-klick aja. aku minta dari teman aku yang kebetulan kemaren merrid pake pakaian ini, daeng awie.
aku dari dulu kalae udah hunting2 pakaian ini tuk sekedar dipake buat foto2 gitu, tapi sayang sampe sekarang gak pernah kesampaian coz ditempat aku jarang sekali ada rental2 pengantin yang menyediakan pakaian khas dari sulsel ini. makanya ketika liat awie merrid pake pakaian langsung ngubungi dia tuk tanya dimana dia pesan / sewa baju ta. wah... ternyata jauh nyarinya, harus ke sulsel. it's ok deh tar kalo dah deket2 hari H aku pasti ke sana tuk buying this clothes atau biar gak repot2 nyari aja calon yang asli sulsel. hahahaha... (i hope...)
kenapa aku pengen sekali pake pakaian ini?? coz my dady from sulsel, wajo. jadi ada darah2 bugis gitu, so agak sedikit rasis deh.. aku pinginnya tar saat2 bahagiaku menjadi ratu sehari menggunakan tradisi dan adat bugis raja2 bugis jaman doloe, ya selain adat dan tradisi dari calon suami aku tentunya.
malah dulu banget aku sempat berfikir harus nyari calon suami berasal dari sulsel (bugis), walaupun tinggal di daerah lain ya setidaknya yang masih punya darah bugis gitu lah. biar darah yang ada di anak2ku nantinya tetep kental darah bugisnya. hehehee...
tapi sekarang mah pasrah.. siapa aja deh kata orangkan jodoh ditangan tuhan, terpenting laki2 tulen. hwahaha.. mau dari bugis kek, dari sunda kek, dari jawa kek, melayu kek. asal janga kakek2 aja. hehee..
Kamis, 20 Desember 2007
Rabu, 19 Desember 2007
Mantan Gubernur Kalbar Meninggal Dunia
Aspar Aswin tengah menjabat sebagai ketua partai hanura kalbar. meninggalkan tiga putra dan seorang istri, Hj Sri Kadarwati Aswin, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) wakil dari Kalimantan Barat.
selamat jalan bapak.. semoga amal dan budi baik selama di dunia diterima Allah SWT dan mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya. dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga tabah. amin.
Berita Kontroversi
Sejak satu dua hari ini, di berbagai milis Kristen ramai dibahas tentang sebuah film ruhani (baca: film pemurtadan) yang menurut rencana akan ditayangkan lewat stasiun teve swasta RCTI di slot acara FTV Natal (juga tengah diusahakan bisa ditayangkan di TransTV dan TVRI) secara serentak pada hari Sabtu, pukul 16.30 - 17.30 wib nonstop alias TANPA IKLAN. Judul filmya: Sebuah Penantian.
Film ini diprakarsai oleh Billy Graham Ministry (USA). Penginjil (Evangelist) Billy Graham sendiri merupakan salah seorang tokoh utama gerakan Zionis-Kristen (Judeo-Christianity ) AS yang dikenal sangat anti Islam dan pendukung fanatik gerakan Zionisme. Billy Graham inilah ‘Bapak Ruhani’ dari Presiden AS George Walker Bush, di mana pada pertengahan 1980-an Bush jr., dikabarkan berhasil lepas dari pengaruh alkohol dan menjadi Kristen yang dilahirkan kembali. Suatu peristiwa yang oleh kalangan Kristen radikal di AS disebut sebagai Reborn in Christ.
Sedangkan menurut investigator kenamaan AS Texe Marrs, saat itu Bush sebenarnya telah sepakat dengan para penginjil Zionis untuk memakai kedok kekristenan di dalam upaya menggolkan cita-cita gerakan Zionisme Internasional. Jadi ‘Reborn in Christ’ hanyalah tipuan komplotan Bush agar mendapat dukungan dari umat Kristen AS dan Barat.
Film “Sebuah Penantian” awalnya bernama “My Hope Indonesia”. Film sejenis dengan judul “My Hope India” telah diputar di India dan konon menurut pengakuan di banyak milis Kristen, film tersebut berhasil memurtadkan jutaan orang-orang Hindu India.
Bukan Film Biasa
Yang patut diketahui, film ini bukan sekadar film biasa. Tapi telah melewati ritual kekristenan khusus berupa ‘Doa Puasa’ selama satu bulan penuh. Untuk pemutaran film “Sebuah Penantian” tanggal 15 Desember 2007 sore, para awak dan pendukung film ini, juga diikuti oleh banyak jemaat gereja yang berkiblat ke Billy Graham Ministry AS, telah melakukan ritual tersebut, melakukan Doa dan Puasa sejak tanggal 15 November hingga 15 Desember 2007.
Tujuannya hanya satu: Agar setiap orang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, setelah menonton film ini ruhaninya akan goyang sehingga bisa meninggalkan agama yang selama ini dianutnya dan menggantinya dengan Tuhan Yesus. Sebuah film pemurtadan yang telah melalui ritual khusus.
Film yang dibintangi oleh Restu Sinaga, Christine Hakim, Mario Lawalatta, dan Nana Mirdad ini didukung oleh seluruh denominasi gereja di Indonesia. Dari berbagai milis juga diungkap bahwa para pemain film ini ‘sudah dipilih Tuhan’, karena ada satu aktor ternama yang menyatakan mundur dari film ini dan akhirnya ditangkap polisi karena terlibat narkoba.
“Sebuah kesaksian: Para pemain film ini sepertinya sudah disaring oleh Tuhan, yakni dengan batalnya salah seorang pemain yang sudah konfirm, namun entah kenapa tiba-tiba beliau membatalkan kontraknya. Ternyata Tuhan tahu siapa yang layak main dan siapa yang tidak layak main. Artis tersebut tidak lama kemudian tertangkap polisi karena terlibat narkoba dan saat ini sedang mendekam di penjara. Bayangkan betapa memalukannya film ini apabila yang main adalah artis tersebut… Yang menggantikan peran artis tersebut adalah Rudi Salam, ” demikian kalimat dari berbagai milis Kristen tersebut.
Matikan TV Saja
Jika benar RCTI dan juga sejumlah stasiun teve swasta dan juga TVRI akan menayangkan film tersebut, film pemurtadan yang telah melewati prosesi doa puasa secara khusus, maka sebaiknya keluarga-keluarga Muslim dan perkantoran yang banyak dihuni orang-orang Islam mematikan teve tersebut pada jam di atas.
Selain bisa terhindar dari pengaruh mistis film tersebut (berkat doa puasa selama sebulan yang memanggil kekuatan—istilah mereka pasukan doa—dari alam ghaib), maka hal ini juga sebagai bentuk penghematan energi. Bukankah Lidya Kandouw—orang Kristen juga, ibunya Nana Mirdad—sering bilang di TV: “Matikan Yang Tidak Perlu, Yang Tidak Perlu Matikan!” Jadi daripada buang-buang listrik dan usia pesawat TV, alangkah bijaknya kita mematikan pesawat TV di waktu tersebut.
Atau bagi yang tetap penasaran menonton, sebaiknya jangan lepas dari wudhu selama menonton film ini agar terhindar dari ‘Kuasa Gelap’ dan dilindungi oleh Allah SWT. Sembari menonton, teruslah berdzikir agar Yang Maha Pembolak-Balik Hati bisa terus melindungi keimanan kita. Dan untuk anak-anak, jangan sekali-kali melihat film yang bukan film biasa ini. Nashru minallahu wa fathun qariib.
Sebuah Penantian
pertama kali tau kontroversi film itu dari temanku, novy. suatu sore ia bertandang kerumah dan bercerita kalau ia mendapatkan sms dari teman liqo' nya yang kurang lebih isinya seperti ini :
"... serentak di RCTI, TransTV, TVRI dengan judul ”My Hope Indonesia” diganti menjadi ”Sebuah Penantian”. Di India pernah diputar dengan judul yang sama dan berhasil memurtadkan jutaan penduduknya…jangan di tonton, matikan tv.tolong sebarkan"
seketika isi sms itu menjadi pembahasan menarik untuk kami sore itu. novy mengatakan ia tidak akan menforward sms itu keteman-temannya yang lain, karena bukannya dengan adanya sms itu akan membuat teman2 akan lebih penasan dan akan menonton film itu.
aku membenarkan apa yang disampaikan novy. tipikal2 orang seperti kami kalau semakin dilarang itulah yang akan kami lakukan, tipikal2 pemberontak katanya.hehhee...terus terang kami berdua sangat penasaran, ingin sekali menyaksikan dan menjadi saksi dari sms itu. beberapa hari kemudian dimilist2 yang aku ikuti ternyata membahas tentang persoalan yang sama. semakin penasaran aku dibuatnya sehingga aku tak mau ketinggalan untuk menyaksikan film singkat ini.
waktu yang dinanti-nantikan akhirnya tiba juga 15 desember 2007, pukul 16.30. saat itu aku berada disekretariat organisasiku. dari pukul 16.00 kami berkumpul di depan tv. sengaja untuk nonton bareng film itu dan sekiranya nanti akan didiskusikan bersama. namun sayang ternyata setelah dijelajahi dari satu stasiun kestasiun lainnya tak ada yang memutar film itu, tak seperti yang di isukan bahwa akan diputar di 3 stasiun tv. kami kecewa dan meyakini bahwa sms itu adalah gosip semata.
penasaranku terjawab beberapa saat setelahnya karena mendapatkan sms dari abi, pacarku yang ada di karawang menyatakan bahwa film itu sudah mulai diputar di RCTI. Duh.. ternyata di sekre gak bisa nangkap siaran RCTI. oohhh...pantesan.
secepatnya aku mencari alternatif untuk menonton film itu. kuputuskan untuk menonton di rumah karena jarak rumah dana sekre tidak terlalu jauh, sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor. namun ketika kami hendak menyaksikannya dirumah ibu ku tidak memperbolehkannya.
ibuku termasuk orang yang taat dalam beragama, sedikit konservatif. terlebih saat di menghadiri pengajian ibu dibekali nasehat oleh ustadznya untuk tidak menonton film tersebut.beberapa hari sebelumnya dia juga berpesan kepada adik2ku tuk tak menonton film kristen itu.ya..katanya film itu film kristen, sudah dimantra-mantrai agar siapa saja yang menyaksikannya akan berpindah akidah. alhasil aku harus bertengkar dengan sang bunda, karena saat aku meyakinkan ibuku bahwa film itu tidak akan berpengaruh apa-apa terhdapku dan ibuku tak mau mendengarkan pembelaanku (biasa ibu2 pasti maunya menang sendiri).
dengan begitu aku semakin tertantang untuk menyaksikannya, aku da novy berusaha untuk mencari tempat nonton yang lain. akhirnya aku pergi ke rumah nenek yang tak jauh dari rumahku. namun lagi-lagi sayang aku tak dapat menyaksikannya, ternyata tv nenekku tak dapat menangkap channel RCTI yang menyiarkan film tsb. ppiiuuuhhh... cape deh..
walau tak sempat nonton film itu, namun kami larut dalam pembicaraan yang sedikit mencerahkan. kebetulan tante2 ku dan nenek agak sedikit terbuka ketimbang ibuku. kami pada dasarnya tidak memepercayai apa yang disampaikan oleh orang2 yang menyatakan film itu akan memurtadkan umat islam.
sedemikian lemahnya kah keimanan orang2 muslim hanya dengan menonton film dia akan berpindah akidah? dan lagi aku paling tidak mudah mempercayai kekuatan mistis, apalagi jika hanya di salurkan lewat tv. sedemikan mudahnya bukan orang2 akan berbuat kejahatan kalau demikian hanya menggunakan media tv bisa menghipnotis orang seluruh dunia? seperti itu dipercayai.. gak masuk akal banget kan.. malah film2 yang bergenre islami banyak yang gak jelas..kelenik dsb.
saat aku mengumpat kekesalanku, ku sms abi yang isinya kurang lebih seperti ini "...bi, dah abis filmnya? gimana bagus gak? abi besok ke gereja?..." begitu kelakarku, karena menurut gosip yang beredar konon siapa saja yang menonton film itu akan berpindah akidah. beberapa saat kemudian kudapati balasan dari abi seperti ini "...udah nda, bugus filmnya. ceritanya menyentuh, tentang kemanusiaan. siapapun orang memiliki hati nurani pasti akan tersentuh dan terhipnotis dengan ceritanya. dan alhamdulillah abi masih menjadi muslim sejati.." kurang lebih seperti itu jawaban dari abi. tuh...kan gak terbukti isunya.. buktinya abi-ku masih tetap sebagai muslim hingga hari ini.
kasihan orang2 islam selalu menjadi bulan-bulanan isu-isu seperti ini. harusnya kita (muslim/muslimah) harus lebih PD dengan akidah yang kita anut sekarang, walau apapun yang terjadi kita akan tetap mempertahankan keimanan kita, insyaallah allah selalu menjaga hati kita . jangan malah mesti takut dan termakan provokasi seperti dalam kasus my hope indonesia ini kan?
kekecewaanku tak dapat menyaksikan film kontroversi itu akhirnya sedikit terobati. abi, beberapa hari yang lalu bersedia menceritakan alur cerita dari film sebuah penantian. namun aku belum puas kalau belum nonton film itu secara langsung. memang benar-benar menjadi sebuah penantian.. kapan ya diputar lagi????
Selasa, 11 Desember 2007
SEKILAS TENTANG CITIZEN JOURNALISM
Oleh Rizky Wahyuni*)
Beberapa waktu belakangan kita sering mendengarkan istilah citizen journalism. Bahkan salah satu TV swasta nasional dengan bangganya menyatakan bahwa mereka telah menerapkan sistem citizen journalism. Namun apakah kita tau apa itu citizen journalism? Mungkin tulisan ini dapat sedikit membantu anda mengetahui apa yang dimaksud dengan citizen journalism.
Berkat kemajuan teknologi informasi dewasa ini, perkembangan jurnalisme pun semakin dinamis. Kini dimulailah era baru dalam dunia jurnalisme, open source reporting. Dalam open source reporting siapa saja bisa melaporkan apa saja yang dilihatnya, atau yang ingin disampaikannya ke publik. Berita, opini, reportase, sampai curhat yang sangat pribadi, semua bisa dipublikasikan kepada orang lain dan dinikmati secara luas (Santi Indra Astuti,2007). Tidak perlu menunggu wartawan mewawancarai atau mewartakan seperti yang terjadi pada media meanstreem yang ada.
Perkembangan Jurnalisme itu adalah Partisipatory journalism atau yang biasa disebut citizen journalism (CJ) jika diartikan menurut bahasanya berarti jurnalisme warga, aksi dari warga kota/negara yang memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminasi berita dan informasi. CJ melibatkan warga dalam memberitakan sesuatu peristiwa dengan begitu setiap orang adalah wartawan dan kerja wartawan bisa dilakukan oleh setiap orang, baik itu ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa bahkan para pekerja kantoran. Karena tidak terikat dengan salah satuprofesi tertentu maka CJ dikategorikan sebagai jurnalisme publik. Maksud dari partisipasi publik ini untuk menghadirkan independensi, reliabilitas, akurasi, wide-ranging dan relevansi informasi yang ada dalam demokratisasi (wikipedia.com)
Disini setiap orang dapat menjadi subjek sekaligus objek dari dari media massa, bukan lagi hanya menjadi subjek seperti dalam media-media konvensional. Dalam media konvensional biasanya hanya mereka yang terdaftar sebagai wartawan dalam media tersebut saja yang dapat memberikan berita, sedangkan masyarakat pada posisi pasif sebagai penonton, pemirsa ataupun pembaca saja. Masyarakat tidak dilibatkan terlalu jauh untuk dapat menentukan topik, tema maupun bahasan dalam setiap pemberitaannya. Karena sejauh ini ternyata media-media utama, mainstream yang ada, tidak bisa memenuhi kebutuhan dengan alasan space, industri, bisnis serta alasan lainnya.
Perkembangan CJ didunia sebenarnya telah berlangsung lama, sekitar dua dekade belakangan. Nicholas Lemann, profesor di Columbia University Graduate School of Journalism, New York City, Amerika Serikat, mencatat, kelahiran jurnalisme publik dimulai melalui gerakan pada Pemilu 1988. Saat itu publik mengalami erosi kepercayaan terhadap media-media mainstream seputar pemilihan presiden AS. Sedangkan CJ yang paling fenomenal di dunia saat ini adalah situs Oh My News. Berkantor pusat di Seoul, Korea Selatan, situs ini pertama terbit 22 Februari 2000 dengan moto "Setiap Warga adalah Seorang Reporter". Pemunculan oh my news juga dilatar belakangi pemilihan presiden korea selatan. Hingga kini OMN telah memiliki 60 ribu reporter seluruh dunia 80% berasal dari citizen journalism dan hanya 40 orang berasal dari ”wartawan tradisional”.
Di Indonesia, CJ baru berkembang sejak 2005, namun telah banyak media online di Indonesia menerapkan CJ diantaranya panyingkul.com, halamansatu.net, wikimu.com, kabarindonesia, greenpressnetwork dsb. Bahkan media-media cetak dan elektronik nasional pun sekarang telah menerapkan sistem CJ, sebut saja Republika yang telah menerapkan CJ sejak 7 Januari 2007 atau radio Elshinta yang sejak tahun 2000 telah menerapkan CJ dan memiliki kurang lebih 100.000 citizen reporter. Bahkan saat browsing tentang CJ penulis menemukan salah satu blogs yang menerapkan CJ di kota Pontianak.
Perkembangan teknologi dan informasi seperti perkembangan internet telah menjadikan model jurnalism ini berkembang sedemekian pesat. Hampir setiap orang memiliki website minimal blogs yang didalamnya dapat memuat laporan, berita, dan aktivitas maupun pembahasan akan isu tertentu. Alasannya sangat sederhana kenapa media ini (blogs) lebih disenangi karena selain gratis, blog dapat dengan mudah mendekatkan antara berita yang ditampilkan dengan pembacanya, sehingga mempermudah dalam memeberikan tanggapan, koreksian maupun tambahan informasi melalui box komentar yang biasa terdapat di bawah postingan. Memeberikan ruang yang lebih kepada pembaca untuk ambil bagian menjadi CJ pada media tersebut.
Sulit memang menghindari perkembangan citizen journalism ini dan menjadikan hal tersebut ancaman baru bagi media-media konvensional. Namun disinilah menariknya karena media mainstream ditantang untuk semakin meningkatkan kualitas, minimal mencari cara baru mendekatkan diri pada khalayak dengan mengangkat isu-isu publik dan meninggalkan narasi-narasi besar dengan jargon-jargon abstrak yang tidak jelas.
Citizen journalism bukan sekadar "jurnalistik beralih ke tangan orang biasa", tetapi mulai mendekati apa yang dibutuhkan dan diinginkan publik. Selama ini, produk-produk jurnalistik yang dimanifestasikan dalam media meanstreem lebih merupakan suara industri dan pemodal besar dengan segala kepentingan di dalamnya. Suara publik hanya bergaung sunyi ditengah kepentingan-kepentingan itu. Maka wajar jika CJ ini menjadi andalan publik untuk dapat berpartisipasi aktif dalam menyuarakan kepentingan masyarakat banyak sehingga pemberitaan dan informasi yang diterima masyarakat semakin dinamis. [dari berbagai sumber]
WASPADA TERHADAP EKSPANSI BUDAYA GLOBAL; Konsumerisme डान बुदय पोपुलेर
Menjamurnya acara reality show seperti ajang pencarian bakat atau idola baru ditayangan televisi kita saat ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini telah terjangkiti wabah konsumerisme dan budaya-budaya popular. Hampir – hampir tak ada satu stasiun televisi pun yang tidak menampilkan acara-acara pencarian idola baru seperti Indonesian Idol, AFI, KDI dll, bahkan untuk mencari da’i saja diperlukan popularitas yang dipresentasikan melalui jumlah poling SMS pada setiap penanpilannya. Terlepas dari hal-hal positif yang didapat seperti persaingan antar kontestan, namun secara tidak sadar kita sebenarnya telah terjebak pada budaya-budaya popular dan konsumerisme yang akut.
Infotaiment yang hampir setiap jam silih berganti penayangannya di stasiun TV juga menjadi sarana pendidikan yang jitu bagi berkembangnya budaya konsumerisme dan popular di negeri ini. Kehidupan pribadi selebritis di ekspose tanpa batas, gemerlap dan vulgarnya kehidupan public figure seakan menjadi ekstasi bagi masyarakat, menjadi referensi bagi penganut ideology konsumerisme dan budaya popular ini.
Konsumerisme dan budaya popular sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ideology kapitalisme yang banyak mempengaruhi kehidupan social masyarakat di Dunia. Budaya ini diciptakan sebagai bagian dari logika pasar dan komoditi. Hasrat masyarakat dijadikan komoditi pasar yang menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu. Tentu saja keberadaan Kedua ideology ini akan mengancam tatanan nilai dan identitas yang telah dianut oleh masyarakat selama ini, terutama budaya hidup sederhana dan bersahaja.
Kelompok yang terjebak didalam perangkat ideology konsumerisme akan mengembangkan logika komoditi dan gaya hidup dalam kehidupannya. Mereka terperangkap dalam berbagai konstruksi tanda, citra, dan symbol dengan berbagai pesona, dan daya tarik yang ditawarkan. (Yasraf Amir Piliang ; 2005) Sedangkan perangkap ideology budaya popular akan berorientasi pada logika yang bersifat umum, selera massa atau orang kebanyakan dan motivasi hiburan serta semata-mata untuk kesenangan. Relasi yang dikembangkan dalam budaya popular inipun tak lebih seperti relasi antara bintang (star) dengan penggemarnya (fans). Yang mana penggemar akan meniru atau melakukan imitasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh sang bintang, sehingga membuat sang penggemar tidak kreatif dalam mengadopsi apa yang ada.
Secara tidak sadar kebudayaan yang dikuasai oleh ideology baru seperti ini menggiring masyarakat sebagai masyarakat yang diam “silent majority”, yaitu masyarakat yang tidak kreatif dan dikendalikan oleh sekelompok kepentingan tertentu (industri, kapitalis), termasuklah pengendalian tersebut terhadap identitas asli mereka sehingga identitas tersebut tidak muncul atau terhambat perkembangannya. Seperti virus bahasa gaul yang saat ini tengah menginfeksi remaja diperKotaan bahkan telah menjalar hingga ke pinggiran Kota, bahasa gaul tersebut telah mengalahkan bahasa daerah yang biasa disebut dengan bahasa ibu mereka. Mempergunakan bahasa dengan budaya daerahnya dianggap ketinggalan zaman, tidak modern, bahkan sebagian remaja malu bila harus mempertahankan bahasa maupun budaya daerah dalam pergaulan sehari-hari. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja jika tidak menginginkan budaya-budaya daerah akan kalah pamor dengan budaya popular dan budaya konsumerise ini.
Konsumerisme
Hakekat dari budaya konsumerisme adalah memuat seluruh kegiatan konsumsi dengan makna-makna simbolik tertentu (prestise, status dan klas) dengan pola dan tempo pengaturan tertentu. Yaitu sebuah budaya konsumsi yang ditopang oleh proses penciptaan perbedaan secara terus menerus lewat penggunaan objek-objek komoditi, sebuah budaya belanja yang didorong oleh logika hasrat (desire) dan keinginan (want) ketimbang logika kebutuhan (need). Dengan kata lain menjadikan komoditi (barang) sebagai objek untuk menentukan ukuran kebahagiaan, status ekonomi hidup seseorang.
Tentunya hal ini akan menciptakan “ketidakpuasan abadi” terhadap apa yang ada seperti penampilan, fungsi dan penampakan citra dari objek komoditi tersebut. Dengan menciptakan kebutuhan yang bukan esensial melainkan artificial. Mesin kapitalisme ini memainkan fungsinya secara terus menerus mengekploitasi atau menciptakan berbagai bentuk keinginan-keinginan baru sekaligus ketidakpuasan-ketidakpuasan baru. Masyarakat sengaja dikondisikan untuk menginginkan sesuatu yang tidak menjadi kebutuhannya ataupun sesuatu yang tidak mendasar pemenuhannya. (Yasraf Amir Piliang ; 2005)
Budaya konsumerisme dan masyarakat konsumtif tidak dapat dipisahkan dari wacana-wacana kapitalisme global, wacana ini dibangun atas kondisi persaingan yang tinggi antar perusahaan maupun produsen, persaingan ketat dalam masyarakat konsumtif sehingga membuat komoditi sebagai cara untuk menciptakan perbedaan antar individu. Kita akan merasa hebat dan berkelas jika merk atau tipe handphone yang dipergunakan berbeda bahkan diatas tipe/merk handphone orang lain disekitar atau mobil yang dipergunakan keluaran terbaru bahkan para wanita akan merasa menarik jika mempergunakan jenis baju-baju tertentu seperti tanktop atau you can see.
Terlihat disini Dunia yang dibentuk dari budaya konsumerisme berdasarkan nilai-nilai keterpesonaan saja, menafikkan esensi dari sebuah komoditi tersebut. Yang dijadikan konstruksi pada masyarakat konsumtif adalah daya pesona terhadap pencitraan dan penampakan, tanpa memperdulikan nilai-nilai esensinya terutama nilai-nilai transendennya seperti nilai-nilai spiritualitas. Masyarakat seperti ini dapat kita sebut sebagai masyarakat tontonan yang selalu dituntut untuk mempertontonkan penampilan dan penampakan diri secara narsistik kepada orang lain.
Budaya popular
Perkembangan industrialisasi, kapitalisme dan konsumerisme merupakan factor dominan dari penciptaan budaya popular (popular culture). Berkembangnya industrialisasi di eropa lewat peran kapitalisme dalam memproduksi benda kebudayaan sebagai komoditas dapat dengan serta merta mempengaruhi budaya popular tersebut yang biasa disingkat dengan budaya pop. Dalam hal ini budaya pop dikaitkan budaya massa, yaitu budaya yang diproduyksi untuk massa dalam jumlah banyak dan luas, mengikuti pola produksi massa.
Menurut Thodor Adorno seorang pemikir Frankfurt School, dalam bukunya the culture industri, ia membagi budaya menjadi 2 bagian yaitu high culture dan low culture. High culture atau budaya kelas tinggi yaitu budaya yang mempunyai standart (kualitas, selera dan estetika) yang tinggi, diciptakan dari kemampuan berkreatifitas dan daya inovasi tinggi sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan low culture kebalikan dari high culture tersebut, mengandalkan pada teknik reproduksi, pengulangan dan imitasi dari apa yang ada sebelumnya.
Untuk budaya pop Theodor memasukkannya dalam kategori budaya rendah (low culture). Popular dalam konteks budaya ini dapat menunjukkan bahwa budaya yang diproduksi tersebut untuk orang kebanyakan dengan standart estetika atau selera rendah dan pasaran. Budaya pop menunjukkan pada budaya yang standar rata-rata dan selera orang biasa, diproduksi secara massal.
Budaya pop didiciptakan dari imajinasi popular yaitu imajinasi dan fantasi yang dibangun secara sadar oleh orang atau sekelompok orang tertentu untuk membedakan mereka dengan orang lain. Motif utama dalam hal ini adalah keuntungan (profit). Imajinasi pop merupakan bentuk imajinasi yang dicirikan oleh sifat dasar, rendah dan umum. Termasuklah dalam imajinasi poular ini adalah komunikasi, cara berfikir, ritual, symbol dan seni.
1. Cara berfikir (popular thinking) yaitu cara berfikir yang dipengaruhi oleh budaya pop, berfikir praktis hanya mengedepankan selera
2. Komunikasi popular, dicirikan oleh sifat-sifat permukaan tidak menyentuh isi, lebih menjurus pada hiburan ketimbang pendidikan, menawarkan rasa kesenagan daripada pengetahuan. Dewasa ini komunikasi pop seperti ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ambil saja contohnya da’wah keagamaan, disini banyak menawarkan penanpilan popular seperti unsure komedi, lawakan, musik dll. Da’I tak ubahnya seperti selebritis dihadapan penggemarnya sehingga para penggemar tersebut lebih memilih mengoleksi barang-barang mereka, meniru penampilan mereka seperti model baju, model rambut bukannya mengamalkan dan menjalankan perintah maupun isi dari daekwah yang disampaikan.
3. Ritual popular yakni bermacam ritual keagamaan yang secara massal dilakukan dengan paradigma budaya pop serta mempergunakan logika komoditi. Berbagai metode psikologi digunakan untuk menentukan kelas dan tingkat ekonomi dari ritual yang diikuti, seperti bimbingan agama dengan penentuan klas eksekutif khusus untuk kalangan eksekutif, klas profesioanal untuk kalangan profesioanal, klas umum dst.
4. Symbol popular terjadinya pencampuran kontradiktif antara wacana simbolik tertentu dengan symbol popular, dengan kata lain symbol-simbol popular digunakan dalam wacana tertentu seperti politik, pendidikan, kesehatan dll.
Ideology konsumerisme dan budaya popular tersebut diatas telah menggiring masyarakat kedalam bentuk pendangkalan pemikiran, mengutamakan sifat permukaan serta pencitraan saja. Ideology popular dan konsumerisme mengutamakan citra ketimbang makna, kulit luar dibanding isi, popularitas ketimbang intelektualitas, yang tentunya